Kamis, 22 November 2012

Penghargaan Diri

putrinidya

model: rayya
"Umi.....aku mau ikut lomba mewarnai", ucap seorang anak.

Begitu mendengar permintaan si anak, sang ibu merasa terenyuh. Semangat si anak untuk belajar ternyata luar biasa. Si anak baru berumur 3 tahun, seorang murid paud kelas B1. Sang ibu tahu bahwa si anak belum lah cukup umur dan mampu untuk mengikuti lomba mewarnai karena si anak baru saja masuk B1, sedangkan peserta yang lain adalah anak-anak berusia 4 dan 5 tahun yang sudah berada di kelas B2 (kakak kelasnya). Lagipula sang ibu tau persis bahwa si anak belum bisa berlama-lama di kursi dan meja karena di usianya, dia mudah merasa bosan dan lelah. 

Namun bagi sang ibu, bukan masalah mampu/tidak, tapi ini masalah mau dan tidak. Anak memiliki kemauan yang luar biasa yang sayang jika kemauan ini dikecewakan oleh ketidakizininan dari sang ibu. Dengan penuh semangat, sang ibu mendaftarkan si anak dalam lomba mewarnai. Ini sebagai sebuah proses belajar bagi anak. Biarkan si anak mendapatkan pengalaman dari lomba ini pikir sang ibu. 

Hari-hari menuju lomba mewarnai diwarnai dengan persiapan. Si anak sibuk menyiapkan crayon dan mencoba mewarnai majalah Bobo yang dia miliki. Untuk masalah mental, si anak sangatlah siap. Bahkan bisa dibilang ini anak yang cukup berani dan bersemangat. Hingga tiba pada hari perlombaan mewarnai.

"Ayo....warnai nak", sang ibu membisikkan ke telinga sang anak.

Sang anak nampak bingung dan tidak fokus. Kali pertama bagi si anak mengikuti lomba mewarnai. Celingak celinguk melihat peserta lain mewarnai. Si anak pun langsung mencoba mewarnai gambar yang ada di atas meja. Nampak bingung, mau diberi warna apa gambar ini. Hijau. Si anak mengambil crayon berwarna hijau lantas mencorat-coretkannya. Selanjutnya dia mengambil warna hitam untuk bagian rambut. Si anak terlihat lelah dan bosan. Di samping gambar seorang anak laki-laki, ada anak lainnya. Si anak pun merebahkan kepalanya ke meja sambil masih mencoret-coret gambarnya. Mewarnai dengan hati-hati agar tidak keluar garis. 

"Ayo......selesaikan nak. warnai semuanya. itu belum diwarnai", sang ibu menyemangati. 

Sang anak pun mencoba melawan rasa lelah dan bosannya. Harus diwarnai semua. 5 menit sebelum waktu berakhir, si anak berkata, "Ini sudah semua umi......aku cape". Waktu habis dan semua gambar pun dikumpulkan oleh Bunda, panggilan untuk ibu guru panitia lomba.

Setelah semua gambar dikumpulkan, anak-anak diperbolehkan bermain di tempat yang sudah disediakan. Ada yang berlari, makan, dan bercanda. Semua nampak gembira. 

Pengumuman pun akan dibacakan. Bagi pemenang lomba mewarnai akan dipanggil dan diharapkan maju ke panggung. Sedangkan bagi peserta lain yang tidak belum menang, akan dipanggil hanya untuk mengambil gambarnya. 

"Umi, aku menang tapi ga ke panggung. Panggungnya kecil umi, ga kayak waktu acara musik Iwan Fals", ucap si anak.

Sang ibu pun lantas tersenyum, memeluk, dan mencium pipi sang anak, "Anak hebat. Selamat ya nak, kamu telah menang." Di dalam hati sang ibu berkatar, "Yah, kamu pemenang, anakku. Kamu telah menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai. Kamu mewarnai semua gambarnya. Kamu sudah bisa mengalahkan ketidakfokusan, rasa lelah, dan bosan berlama-lama di kursi dan meja itu". Sang ibu tau betul si anak ini sangatlah aktif kesana kemari. Bisa duduk diam di kursi dan menyelesaikan semua gambar itu pun sudah merupakan suatu pencapaian luar biasa.

Bagi si anak, dia adalah pemenang. Menang untuk dirinya sendiri. Dia menang tapi tidak naik ke atas panggung. Hingga sampai rumah, si anak dengan bangga dan bahagia bercerita kepada sang nenek, "Mami, aku menang. Lihat ini gambarnya. Tapi mi, aku tidak naik ke panggung. Panggungnya kecil tidak seperti waktu aku nonton Iwan Fals". 

Sebuah penghargaan diri atas pencapaian apa yang telah dicapai. Seorang anak kecil saja sudah bisa merasa menang mendapatkan apa yang dia inginkan walaupun belum menjadi pemenang. Rasa belum puas itu wajar, karena memang manusia tak pernah puas. Tapi bukankah sungguh luar biasa apabila kita bisa menghargai diri kita sendiri, menghargai apa yang sudah kita lakukan dan capai. Jangan selalu melihat orang lalu, tapi fokus dengan apa yang kita miliki dan harus kerjakan. Lawan ketidakfokusan, rasa bosan, dan lelah akan hidup yang kita miliki. Karena sesungguhnya pahlawan terkuat dan musuh terbesar ada di dalam diri kita sendiri. Lantas kita bisa memilih, mau melanjutkan hidup ini atau malah berhenti di tengah jalan. Semua kembali kepada diri kita masing-masing. Tidakkah kita bisa memetik pelajaran dari seorang anak kecil tersebut. Walaupun dia kalah, tapi dia merasa tetap menang. 

Lalu bagaimana dengan Bahasa Inggris kita? Masihkah kita berpikir bahwa Bahasa Inggris kita masih jelek dan belum ada perubahan. Hargailah diri sendiri, lalu hargai orang lain, dan biarkan suatu saat nanti kita layak dihargai oleh orang lain. 



Tidak ada komentar: