Jumat, 26 April 2013

Papandayan untuk Alief dan Allya

Perjalanan kali ini berbeda dengan perjalanan sebelumnya. Biasanya berjalan karena bosan dengan aktivitas tapi ini karena Sobat gue Alief sedang galau habis putus cinta. Berawal dari ajakan dadakannya via salah satu social media favourite anak muda. Ajakan jalan-jalan tak pernah ditolak oleh kepala bahkan hati gue apalagi diajak oleh teman sendiri. 

Ketika itu sebenarnya gue sudah merencakan untuk ikut trip ke Kawah Ratu bersama komunitas trip di Bogor. Tetapi teeeng ajakan dadakan itu tiba dari Sobat Alief. "Ikut gak lo? Gue mau ke papandayan. Kalo lo gak bisa ya gue tetep jalan sendiri". Wah mana bisa gue membiarkan teman gue pergi sendirian ke gunung. Meskipun gue tau bahwa Alief sudah biasa kemana-mana, naik gunung, dan sebagainya. Gue percaya pada teman-teman gue tapi tetap saja sebagai seorang teman gue tak tega jika membiarkan teman gue bepergian sendiri. Meski gue suka jalan sendiri, tapi sesungguhnya setiap orang akan lebih senang jika ada yang menemani dan diajak ngobrol.  


Alief pun mengirimkan lagi konfirmasi kepastian keberangkatan melalui pesan singkat. "Gue tunggu di Masjid Terminal Kampung Rambutan jam 9 malam". Gue kira tidak jadi berangkat eh ternyata Alief nekad mau pergi ke Gn Papandayan dengan atau tanpa teman. Tanpa berpikir panjang, pulang dari kantor gue langsung bergegas membereskan perlengkapan. Memasukkan pakaian, sleeping bag, matras, dan tak lupa jaket hangat. 


Ketika itu musim hujan. Sebelum hari H memang Alief mengabarkan akan naik Gn Papandayan. Berhubung gue ingat gue gak ada raincoat, jadi gue segera pinjam ke senior gue yang kebetulan segedung tapi beda lantai. Pada hari H akan berangkat, kaka kandung gue mengingatkan bahwa ini musim hujan, bahaya jika naik gunung sedang hujan. Yah namanya juga Putri, bebel dan keras kepala. Gue pun tak mengindahkan perkataan gue saya. Gue pun berpikir jika gue gak ikut, lalu Alief sama siapa? 


Hari H pun tiba. Gue mengirimkan pesan ke Alief mengabarkan bahwa gue akan berangkat ke Kampung Rambutan. Balasan pesan dari Alief menyatakan bahwa handphone nya lowbat dan hubungi ke nomor temannya saja, Allya. Gue belum pernah bertemu dengan Allya sebelumnya. Allya itu junior Alief ketika dulu di sekolah. Pernah ditembak oleh Alief tapi ditolak. Kasian Alief.


Sampailah gue di Masjid Terminal Kampung Rambutan. Kaget gue melihat begitu banyak orang berpenampilan seperti gue. Carrier, sepatu/sendal lapang, dan topi lapang yang sudah mereka kenakan menjadi simbol bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke gunung. Tanya pun ada di benak saya. "Akan kemana mereka?" Biasalah gue iseng bertanya kepada salah seorang diantara mereka. "Dari komunitas mana mas? mau kemana?" . Benar tebakan gue, mereka mau ke gunung. Senang hati rasnaya karena ternyata mereka bukan mau ke Gn Papandayan, tapi mereka mau ke Gn Gede Pangrango. Sekitar 30 orang yang akan mendaki Gn Gede melalui trip backpacker Indonesia kalau gue gak salah dengar. 


Alief sepertinya terlambat datang. Untuk mengisi kebosanan gue pun membaca buku the lonely planet milik teman baru gue, Ocid. Yah, akhirnya pukul 10 malam pun tiba. Alief membawa temannya, Allya. Dengan terburu-buru Alief segera mengajak gue segera mencari bus karena takut bus nya sudah gak ada. Kami pun berjalan cepat. Syukurlah bus ke Garut masih ada. Kami pun naik ke dalam bus. Kami mengambil kursi paling belakang. Kami duduk bertiga. Karena Alief dan Allya begitu besar, jadinya gak muat deh. Untungnya bus masih lengang, gak terlalu penuh jadi Alief masih bisa duduk dimana saja. Alief pun duduk di belakang bersama penumpang lainnya.


Biasalah kita itu doyan ngobrol. Alief pun ngobrol dengan penumpang di belakang. Berdasarkan informasi dari Alief, mereka mau naik ke Gn Papandayan juga. Mereka mengajak bareng saja naik elf nya. Okelah. 



alief - saya - allya


Menatap alam di puncak Gn. Papandayan